Minggu, 05 April 2015

Pengalaman dari kelas 7-9 di SMP Harapan Nusantara



Haii guys!!
            Kali ini saya mau posting pengalaman saya sejak kelas 7-9 di SMP Harapan Nusantara. Sebelum itu kenalin dulu nama saya Etika di sekolah biasa dipanggil dungkar (--“). Saya anak kelas 9.B2 di sekolah tercinta ini. Dan asal usul panggilan Dungkar dan kisah di kelas 9.B2 bakal jadi bahan pembahasan saya kali ini. check it out ! ^o^
            Saya lulusan SD 1 Ubung. Saya mendaftar di SMP Harapan Nusantara kalau gak salah sekitar bulan Juli tahun 2012. Waktu itu umur saya masih 12 tahun. Niatnya mendaftarkan diri menjadi salah satu siswa baru kelas 7 tahun ajaran 2012/2013. Waktu daftar saya datang sekeluarga. Saya ga lupa membawa sekawanan gajah, Ibu gajah dan anak babi (?). Kidding ya maksudnya mengajak Bapak, Ibu dan keponakan saya. Saat itu yang mendaftar agak ramai karena saya mendaftarnya di detik-detik deadline pendaftaran hari terakhir hehe… Jujurnya sih sebenernya saya mendaftar di sini karrena kepepet ga dapet sekolah negeri tapi d samping itu juga karena saya denger-denger sekolah ini bagus, fasilitasnya juga lumayan dan berkualitas. Sedikit menyaming dari topic tadi,  setelah mendaftar dan membayar biaya administrasi saya diberi beberapa pasang pakaian dan jadwal MOS. Baru liat jadwalnya aja udah kebayang banget masa-masa MOS yang mungkin bakal jadi masa-masa sulit di hidup saya kala itu (--“). Tapi nyatanya engga, ternyata saya dikumpulkan dengan siswa-siswi baru dari sekolah lain dan di situ pengalaman dan kisah baru saya dimulai. Saya masuk pleto Itali dan mulai kenal beberapa teman. OSIS-nya baik-baik dan ramah-ramah tapi kadang juga suka galak dan marah-marah hihii.. Tapi, lepas dari itu, guru-gurunya juga baik-baik. Walaupun belum kenalan sama semua guru, tapi beberapa kali selama seminggu ada jadwal materi ruangan yang disampaikan oleh beberapa guru. Nahh ngomongin ruangan ternyata kisi-kisi tentang sekolah ini yang katanya punya fasilitas yang lumayan bagus ternyata bukan sekedar omong kosong. Malah fasilitasnya lebih dari cukup untuk sebuah ruang kelas. Ada LCD, michrophone dan lain-lain. Ga nyesel sekolah di sini.
            Nahh.. singkat cerita akhirnya masa MOS pun berakhir dan saya bertemu dengan lebih banyak teman lagi. Saya berpisah dengan teman-teman di pleton Italia karena saya masuk kelas 7.B1. ada beberapa teman dari kelompok Italia yang 1 kelas dengan saya tapi sebagian besar mencar-mencar ada yang ke kelas 7.B2 sampai 7.3. Next.. pengalaman di kelas 7.B1 ini banyak bangett guys. Didampingi wali kelas oenyoee yang punya banyak kesamaan dengan saya dan sebenarnya lumayan dekat setelah 1 tahun bersama di 7.B1 memberi banyak perubahan buat hidup saya. Awalnya mungkin karena saya cukup aktif di kelas jadi naik semester 2 Bu Desi (wali kelas saya) mengangkat pangkat saya menjadi Komisaris Besar 7.B1 alias ketua kelas alisya lagi Kepala Suku kalau kata Pak Agus, guru mata pelajaran bahasa Indonesia yang kocakk abis+konyol juga. Bu Desi mengajarkan saya banyak hal di 7.B1. berawal dari ketika saya dinaikkan pangkat menjadi ketua kelas, diadakan perombakan tempat duduk dan saya malah dipasangkan dengan anak paling bandel yang ga bias diem namanya KRISNANDA alias UCIL. Hadehhh.. hari-hari bareng dia rasanya lebih sulit ketimbang sekedar menjalani masa MOS. Tapi saya banyak belajar dari dia. Saya jadi lebih tegas dan sedikit lebih sabar karena terbiasa menghadapi anak bandel kayak dia. Nah selain UCIL yang membuat saya jadi lebih tegas, hal lain yang membuat saya tegas adalah pengalaman saya jadi Danton pada lomba PBB pertama HN di SMAK Harapan dan sekolah kita berhasil membawa pulang piala Juara Harapan 2. Hasil yang cukup membanggakan untuk lomba pertama. Bangga banget bahkan sekalipun sebenernya pasukannya sempet hamper nabrak danton karena danton lupa aba-aba(--“). Nah saya dipanggil dungkar karena hidung saya suka MEKAR waktu teriak-teriak jadi danton dan waktu KETAWA. Bayangkan sendiri deh yaa mekarnya idung saya waktu itu. Dan semenjak itulah nama panggilan DUNGKAR melekat di tubuh saya menyatu dengan jiwa raga saya dan meleleh bersama darah yang mengalir di tubuh saya#apasihhh-_- sampai detik ini.
            Itu sedikit pengalaman di kelas 7.B1. Selanjutnya saya naik kelas ke kelas 8 dan Alhamdulillah saya masuk kelas 8.B1 karena saya mendapat ranking 3 di kelas 7.B1. Di kelas 8 ini adalah kelas di mana semua kisah bercampuraduk jadi satu. Ngomongin prestasi dulu ya. Semester pertama di kelas ini saya berhasil menyabet sebuah kebanggaan yang ga pernah saya duga yaitu membawa pulang piala kebesaran juara sepak bola di ajang Piala Dunia #plakkk!!. Bukan bukan. Yang tadi cua bercanda abaikan saja. Saya berhasil meraih juara Umum untuk pertama kalinya. Saya di posisi ketiga. Cukup membanggakan. Di sinilah awal dari kejayaan hidup saya di masa SMP yaa hehee. Selanjutnya saya berhasil menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua 1 OSIS HN angkatan 2013/2014. Bangganyaaa sampe ke ubun-ubun rasanya darah meleleh semua gara-gara dapet posisi itu. Aduhh senengnya. Tapi sebenernya ga bangga-bangga amat ya. Karena ambisi utama saya yaitu KETUA OSIS bukan WAKA 1 OSIS. Ahh agak mengecewakan tapi setidaknya ada sedikit kebanggan di hati saya. Itu prestasinya. Dan sempat untuk kedua kalinya di kelas 8 saya mewakili sekolah untuk mengikuti lomba PSR dalam bidang puisi. Kelas 7 sempat mengikuti PSR ini juga yaitu dalam bidang Puisi, Menyanyi Solo dan Vokal Grup. Tapi kelas 8 dicut jadi ikut puisi doang gara-gara waktu kelas 7 dianggap kurang fokus. Ya jadi deh ikut puisi doing. Tapi ternyata hasilnya sama saja dan perlu saya akui semangat saya di kelas 8 ini juga agak menurun karena kegagalan di kelas 7. Tapi tak apalah ya semua sudah jadi masa lalu. Kita ga perlu melihat ke belakang lagi. Sesekali perlu tapi ga perlu mundur lagi. Maju terus pantang mundurr !!!
            Selanjutnya pengalaman kelas 9. Ahh!! Ini yang paling asikk banget. Di kelas 9 bandelnya banyak tapi prestasinya ga kalah. Sempat jadi juara 1 lomba lagu pop bali antas kelas, juara 1 lomba pbb antar kelas dan lain-lain sampe akhirnya kelas 9.B2 jadi juara umum 2. Wuuu!! Seneng bangett guys!! Di kelas 9 saya banyak masalah sering ditegur guru. Sering dikatain temen. Tapi whateverlah. Ga boleh tutup telinga. Harus tetep dicerna. Diambil baiknya dan dibuang buruknya. Yang penting saya bias menunjukkan prestasi kelas saya dengan keberadaan saya di kelas 9.B2 yang kali ini sebagai ketua kelas lagi. Terserah entah itu prestasi baik maupun buruk karena ga selamanya manusia itu harus SEMPURNA. Terserah apa kata orang tentang baik buruk saya yang penting hidup saya AMAN DAMAI SEJAHTERA. Dan prestasi terakhir yang bias saya lukiskan adalah membawa kelas saya menjadi JUARA 1 untuk Pagelaran tingkat kelas 9 dalam rangka pengambilan nilai ujian praktek Seni Budaya. Ya walaupun bukan seutuhnya kemenangan saya, tapi saya bangga bias menjadi orang yang mampu mengkoordinir banyak kepala di kelas saya. Dan 1 lagi kebanggan saya adalah mendapat peringkat 4 untuk Try Out dari Radar Bali. Terserah apa kata orang entah biasa atau membanggakan tapi saya buktikan sama semua orang bahwa Kritik pedas yang belum seutuhnya benar yang pernah dilontarkan lewat mulut siapapun kepada saya bias DIBAYAR dengan PRESTASI. So, intinya kita mah ga usah repot-repot menJudge orang lain kalau kita tidak mengenal orang itu sama sekali.
            Okee.. demikian pengalaman saya dari kelas 7 sampai kelas 9 di SMP Harapan Nusantara. Pesan saya ambil baik dan buang buruknya karena sekali lagi tidak ada manusia yang sempurna. Okee.. untuk kesalahan-kesalahan kata maupun yang lain mohon dimaklumi dan atas kesempatan yang udah diluangkan untuk membaca catatan ini terima kasih banyakk ^_^. See you next time all ;))




Kamis, 13 November 2014

Membangun Jati Diri Siswa

Saya berpendapat bahwa, di samping pemilikan yang telah ada pada pribadi seseorang, maka tumbuhnya jati diri dalam diri seseorang tidak terjadi secara spontan. Kecuali orang itu menjumpai kejadian yang sangat mengesankan alam sejarah kehidupannya.

Saya melihat jati diri yang dapat ditumbuhkan pada umumnya terjadi melalui sosialisasi lingkungan melalui proses interaksi stimulis respons yang terjadi secara serial. Itu berarti dari lingkungan anak juga dapat terbangun jati dirinya. Lingkungan yang kondusif untuk membangun jati diri anak, menurut saya dapat dibedakan menjadi dua hal, yakni: lingkungan alam yang telah tersedia di lingkungan kita dan lingkungan artifi cial atau lingkungan yang diciptakan.

belum tersedia secara alami di lingkungan kita. Di pihak ini termasuk peran dari kegiatan Bimbingan Konseling (BK). Lantas bagaimana sesungguhnya karakteristik orang yang memiliki jati diri? Seseorang yang memiliki jati diri memiliki keunikan, ada yang mengatakan orang itu memiliki ‘aku’, diantaranya adalah dia biasanya memiliki kepribadian. Dia memiliki sikap tertentu yang jelas. Dia memiliki tindakan jelas, dan biasanya dia pun memiliki pendirian yang jelas.

Saya rasa, dengan adanya pemilikan sifat unik itu, maka seorang yang memiliki jati diri bukan orang yang akunya besar. Karena, menurut saya, orang yang akunya besar cenderung memiliki sifat egoistis. Nah, bagi orang yang egoistis, maka segala ukuran normatifnya dalam menilai sesuatu selalu diukur dari aspek subjektivitas dirinya. Saya kira, orang yang memiliki jati diri dapat juga dikatakan orang itu memiliki aku, tetapi aku bukan berarti yang negatif.

Maksud saya, ia dapat membaca dirinya, ia pun kenal terhadap dirinya. Siapa dirinya, bagaimana dirinya, dapat diketahui oleh orang yang memiliki jati diri konteksnya dalam kebersamaan orang lain. Dalam peran ini aku diposisikan sebagai jati diri. Lantas, apa dampak perilaku orang yang memiliki jati diri? Dampak seseorang yang memiliki jati diri, maka orang itu tidak mudah terkena pengaruh luar.

Ia begitu resisten terhadap lingkungan, meskipun tidak harus berarti memiliki sikap skeptis. Selain itu, saya juga melihat, biasanya objektivitas pribadinya menjadi lebih jelas. Dengan kata lain, seseorang yang memiliki jati diri masih memiliki fleksibilitas dalam menjalankan kehidupannya, baik sebagai pribadi maupun dalam kehidupan bersama. Jati diri, saya rasa, tidak berarti rigid atau kaku.

Orang yang memiliki jati diri sangat beruntung karena ia mampu untuk mngenal akan kekurangan dan kelebihan dirinya, dengan demikian ia dapat mengendalikan dirinya untuk berhasil. Kira-kira peran BK dalam membangun jati diri gimana? Kalau menurut pendapat saya, peran BK dalam membangun jati diri terutama dalam mempengaruhi lingkungan. Dan, penciptaan lingkungan itu biasanya melalui dua cara, yaitu Pertama, penciptaan kondisi.

Kedua, melalui penyadaran. Bila dengan cara melalui penciptaan kondisi berarti untuk menumbuhkan jati diri membutuhkan sosialisasi. Orang itu diadaptasikan kepada situasi yang kondusif. Bila menggunakan pendekatan penyadaran, maka membutuhkan pemikiran dan penghayatan, membutuhkan contoh, dan membutuhkan proses adopsi. Dan, seberapa besar pengaruh lingkungan kontribusinya terhadap tumbuhnya jati diri seseorang, itu tergantung kepada modal dasar jati diri yang dimiliki orang itu.

Saya rasa, Bimbingan Konseling (BK) yang pada prinsipnya secara operasional melakukan pendampingan terhadap kliennya, proses pemikiran dan penghayatan dapat dilakukan melalui contoh, diskusi, analisis situasi, melalui cerita komparatif, dan cara-cara lainnya. Memang, kemudian pada akhirnya timbul pertanyaan, bagaimana guru BK menyikapi masalah ini? Saya kira, guru Bimbingan Konseling (BK) tidak benar menghadapi masalah siswa dipecahkan secara sama rata.

Guru, menurut saya, seharusnya memerinci spesifi kasi setiap permasalahan siswa, sehingga ditemukan profi l dari masalahnya, dan akhirnya menentukan metodologi untuk pemecahannya, secara langsung atau diperlukan langkah tahapan. Dia harus memilih keunikan masalah, dan berikutnya menetapkan metodologi untuk memecahkannya yang tepat. Dari segala macam pendekatan pemecahan masalah manusia yang dapat dilakukan, model pendampingan merupakan cara pemecahan masalah yang (1) manusiawi, (2) partisipatif, (3) menyenangkan siswa, dan (4) dapat dijamin hasilnya.

Oleh karena itu model pendampingan yang sekarang ini telah digunakan orang untuk berbagai cara penyuluhan, bimbingan, dan lain-lain dapat digunakan sebagai cara yang terpilih dan memiliki keunggulan. Melalui pendampingan kita dapat mengenal klien lebih mendalam dan komprehensif. Saya yakin, bahwa dengan melalui pendampingan kita pun juga dapat menjalin dengan klien dengan lebih interaktif dan komunikatif.

Sehingga, tidak mustahil kalau kemudian terjadi keakraban yang dinamis antar klien dengan pembimbing. Segala persoalan klien dapat terdeteksi dan dapat dipecahkan dengan tuntas dan memuaskan. Dalam konteks inilah, saya kira jelas bahwa dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Apakah memungkinkan BK dapat membangun jati diri siswa, tergantung kepada penciptaan lingkungan yang kondusif. Pada prinsipnya setiap orang itu memiliki jati dirinya yang unik.

Dan, ternyata lingkungan memungkinkan dapat membangun jati diri seseorang apabila kepada orang itu dihadapkan kepada: Pertama, kejadian yang mengesankan. Kedua, ditemukan kejadian yang alamiah, dan ketiga adalah dihadapkan kepada lingkungan artifi yang cocok.